Gabungan dari beberapa metode atau disebut juga hibridasi dan istilah dalam bahasa Inggris disebut hybridization. Wah hebatnya istilah tersebut? Begitulah teknik hibridasi sangat digemari oleh kalangan mahasiswa dalam semester galau, ya semester yang harusnya akhir dari proses mahasiswa menjadi seorang Sarjana.
Rasa ingin cepat meraih gelar Sarjana Teknik (ST) dilakukan dengan berbagai cara. Mulai mencari kajian pustaka sampai ingin membuat skripsi secara mudah saja. Cara mudahnya ya mungkin hanya mengganti studi kasus dan metode yang pernah dibuat peneliti sebelumnya. Jika tidak didapatkan maka bisa menggunakan teknik hibridasi.
Misalkan:
Peneliti A, 2013: Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode Dempster-Shafer ; Studi Kasus: Penerimaan Beasiswa
Peneliti B, 2014: Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode AHP; Studi Kasus: Penerimaan Beasiswa
Maka mahasiswa pada tahu 2015 tinggal mengganti metode dan kasus atau menggabunggkannya menjadi:
Peneliti C, 2015: Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode AHP dan Dempster-Safer; Studi Kasus: Penerimaan Beasiswa.
Sebenarnya tidak ada yang salah dalam menerapkan teknik hibridasi. Tetapi apakah perlu atau asal mudah mendapatkan judul saja? Menurut salah seorang dosen di Malaysia, Dr. Usman, teknik hibridasi tidak dapat dipisahkan dari cara kita mencari gap atau celah untuk meneliti. Kita meneliti sesuatu pasti ada masalahnya, itulah yang dinamakan gap.
Saya ingin propose suatu teknik yang pernah saya dapatkan dan mungkin anda memanfaatkannya dalam mencari gap. Misalkan dalam ilustrasi berikut: Anda mempunyai 3 artikel yang berhubungan dengan bidang yang anda minati, katakan Kecerdasan Buatan (Sistem Pakar) dan Teknisi HP. Anda mencari studi kepustakaan dengan jurnal dan akhirnya mendapatkan 3 artikel (Artikel 1, 2 3) dengan isi utama dalam artikel tersebut diringkaskan seperti illustrasi berikut. Salah satunya (Artikel 2) membicarakan khusus tentang Kerusakan Handphone :
- Sistem pakar merupakan cara untuk mengadopsi kecerdasan manusia ke dalam komputer. Salah satu contoh kasusnya sebagai panduan memperbaiki kerusakan handphone (Kurniawan, 2015)
- Teorema Bayes, Dempster-Shafer, Bayesian Netwok, Naive Bayes ialah beberapa contoh metode yang dipakai dalam pembelajaran mesin (AddMinhoo, 2014)
- Komputasi menggunakan Dempster-Shafer dianggap rumit sedangkan Bayesian Network tidak bisa dipakai untuk data yang continue atau berterusan (Rahmad, 2014)
Dengan teknik hibridasi, maka anda akan dapatkan celah untuk meneliti atau gap sebagai berikut:
- Gap= Sistem pakar untuk memperbaiki kerusakan handphone.
- Masalah: Kenapa diperlukan sistem pakar? Bagaimana dengan data continue? Komputasi yang lebih cepat? Akurasinya bagaimana? Apakah bisa diterima?
- Instrument = kumpulan pengetahuan dari teknisi dan kuesioner.
- Metode = Dempster-Shafer dan Bayesian Netwok
- Teori = Kecerdasan buatan pada artikel 1 dan metode artikel 2
- Referensi= Gabungan artikel 1,2 dan 3
Waw…anda mendapatkan 6 perkara penting sekaligus dengan hanya membaca 3 artikel saja. Ironinya, ketika anda sudah menetapkan judul tanpa mencari sumber bacaan dan rumusan masalah. Saya pernah melihat skripsi mahasiswa yang bahkan sampai menggabungkan 4 metode sekaligus untuk satu kasus. Hasil yang didapatkan bukanlah hasil yang signifikan. So.. What is your contributions? Semua terjadi karena mahasiswa memposisikan dirinya untuk hasil bukanlah sebuah proses.
Sebenarnya, carilah gap terlebih dahulu sebelum memutuskan sebuah judul. Tidak ada batasan dari sebuah ilmu untuk dijadikan skripsi, yang penting anda mengetahui celah / ’gap’ anda untuk meneliti bidang tersebut. Skripsi yang bagus bukan dari judulnya yang keren tetapi dari hasil dan manfaat penelitiannya tersebut.
====
Rahmad Kurniawan, S.T., M.I.T
- Lecturer in Informatics Engineering UIN Suska Riau.
- Research Assistant in Center for Artificial Intelligence Technology, UKM.